aku tak pernah tahu akan sampai kapan cerita ini berakhir, maka di sela-sela kebosananku aku tuliskan saja cerita bodoh ini sebagai cerbung. mungkin ada sebagian yang agak asing dengan istilah ini. "cerbung" apa tuh? cerbung adalah akronim dari cerita bersambung. sementara "akronim" adalah singkatan dari beberapa gabungan suku kata. jelas ya? mari membaca, semoga anda tidak menyesal.
Setelah
selesai mengisi formulir di ruang pendaftaran dan administrasi, aku disambut
oleh dua perempuan yang datang menghampiri meja tempatku duduk disebuah ruangan
tamu.
“Assalamualaikum,
mba, silahkan makananya” ujar mereka dengan ramah seraya menyodorkan dua nampan
yag berisi seporsi makan, minum dan buah-buahan.
“Oiya, dengan mba
Dinni Muchlisina Binangkit, ya? Dari Cianjur ya?” tanyanya sambil senyum.
“iya” jawabku
singkat dengan membalas senyum.
“kalau
gitu kami permisi dulu ya, mba? Mari..”
Kedua
pengurus itu sangat ramah, yang satu berperawakan gemuk, pendek, serta berparas
putih, namanya Esa. Yang satu lagi langsing, tinggi, dan hitam manis
bernama Syifa. Mereka berjilba
b panjang dan sepertinya
busana muslim berwarna krem yang mereka kenakan adalah seragam busana
kebangsaan mereka.
Setelah
selesai makan, aku diantarkan oleh kedua pengurus itu menuju gedung ASTRI
(Asrama Puteri). Aku sadar selama aku berjalan ada sepasang mata yang terus
menatapku dari depan ruangan kamar hingga aku sampai didepan ruangan tersebut.
Anak itu terus-menerus menyunggingkan senyuman padaku, sepertinya ada suatu hal
yang ingin ia sampaikan, atau tanyakan, tapi entahlah. Aku hanya membalasnya
dengan senyuman kosong.
“mba
Dinni? Dari Cianjur, ya?” tiba-tiba saja dia membuka percakapan.
“iya,
ada apa ya mba?” tanyaku agak heran.
“kenal
sama mas Dillah? Atau mas Abdillah? Tanyanya dengan wajah penuh harap.
“oh!
Iya aku kenal, ada apa ya mba?” aku mulai mengerti arti atas senyumannya.
“ah!
Nggak apa-apa, kok mba bisa kenal?”
“ya
bisa.. dia sering main ke tempatku, ke kakakku dan lagi jarak antar kelompok
kami nggak terlalu jauh” jelasku datar.
“oh!
Gitu ya mba, Alhamdulillah jazakilah khairo” dengan wajah penuh kelegaan
seperti sudah mendapatkan suatu kabar gembira.
“oiya,
kenalin aku Aisha!” dia meraih tanganku dan kami berjabatan.
“oke,
aku Dinni, salam kenal”
Dia
pergi ke kamarnya yang berselang beberapa kamar dari kamarku. Ternyata ini
adalah waktu untuk para siswa-siswi istirahat alias tidur. Kedua pengurus itu mempersilakan
aku istirahat dan menjelaskan kondisi kamar yang sudah terisi oleh dua siswi
bernama Eri dan Mala.
Aku
rebahkan tubuh lelahku diatas kasur. Aku lihat kedua siswi itu begitu pulas
sampai aku tak berani banyak bergerak untuk melakukan aktivitas, walau hanya
untuk sekedar mengeluarkan pakaian dari ranselku untuk mengganti pakaian.
Akhirya malah aku ikut tertidur pulas juga karena perjalanan dari Cianjur-Bogor
cukup membuat tulang belakangku pegal. Tepat pukul 01.30 siang di lorong luar
kamar ada suara teriakkan salah seorang mba pengurus ASTRI sembari
mengetuk-ngetuk kencang pintu setiap kamar.
“banguuuuuuunnn,
mba, baaangunnnn, ayo siap-siap,,, sudah jam setengah dua! Ayo jangan lelet,
jangan sampe telat!”
Eri
dan Mala yang sejak tadi pulas seketika saja terperanjat bangun, tanpa
berbicara apapun, walau untuk hanya sekedar menyapaku sebagai penghuni baru di
kamar mereka. Aku heran, mereka seperti robot! Nyaris bersikap apatis, mereka
hanya fokus dengan persiapan masing-masing. Dari sejak bangun, berganti
pakaian, memakai jilbab, menyiapkan alat tulis dan Al-Hadist. Aku dengan segala
keherananku tapi tetap tidak ingin terlihat seperti orang bingung maka aku ikut
bersiap diri, alat tulis dan satu Al-Hadist. Setelah kami semua siap lalu kami
berjalan dengan setengah berlari menuju masjid dilantai kedua (yang biasa
mereka sebut: kelas).
Aku
belum mengenal siapapun, aku mencoba mendekati salah seorang teman sekamarku,
kurasa ini waktu yang tepat untuk mengajaknya berbicara setelah waktu
sebelumnya yang nampak tidak ingin diganggu.
“assalamu’alaikum,
kita yang sekamar kan mba? Kenalin aku Dinni, aku baru dateng tadi sekitar
waktu dzuhur” sapaku penuh antusias.
“wa’alikumsalam,
aku Mala, mba Dinni asrama atau mondok?” tanyanya santai.
“aku
rencananya asrama mba, sebulan”
“wah…lama
juga tuh, semoga betah disini ya mba…”
“amiin,
oiya acara sekarang sampe Ashar ya mba?”
“iya
sampe ashar, selama sore kita punya jadwal amal shaleh (bersih-bersih)
disekitar masjid, lanjut makan, baru setelah itu kita bebas masing-masing, mau
mandi kek, mau tdur-tiduran, atau mau nonton para cowok yang lagi main futsal
disamping ASTRA (Asrama Putera), hahaha”
“oh!
Gitu ya, ummm… ASTRA itu sebelah mana emang mba?”
“itu
sampingnya ASTRI”
“sampingnya?
Kok deketan amat?”
“haha,
iya iya karena ini awalnya adalah pondok mini, jadi tempatnya juga mini,
padahal sekarang penghuninya sudah maxi! Hahaha”
Aku
ikut tertawa dengan sedikit humor dari penjelasan Mala, meski sebenarnya aku
juga sudah tahu sedikit latar belakang pondok ini, dari temanku di Cianjur.
Seorang
guru guru tiba-tiba datang lalu duduk diatas mimbar didepan kami. Dimulailah
acara pengkajian Al-Hadist Ahkam (catatan hukum).
Aku
duduk dengan tenang tanpa merasa risih meskipun aku sebagai siswi baru.
BERSAMBUNG........